Jessica Wongso Tak Boleh Berikan Statement Di Film Dokumenter,Kemenkumham Berikan Klarifikasi
.jpeg) |
| Film Dokumenter Jessica Kumala Wongso |
Cerita kontroversial kasus Jessica Kumala Wongso kini diangkat menjadi sebuah film dokumenter yang memukau.
Film tersebut diangkat ke layar lebar berjudul "Ice Cold: Murder, Coffee, and Jessica Wongso," yang telah dirilis Netflix pada Kamis, 28 September 2023.
Film dokumenter ini, dengan durasi 86 menit, menggali pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab seputar persidangan Jessica Wongso dan peristiwa tragis yang mengambil nyawa sahabatnya, Mirna Salihin, bertahun-tahun setelah kejadian tersebut.
Produsernya, Beach House Pictures, menyajikan wawancara eksklusif dengan Jessica, anggota keluarga Mirna Salihin, pengacara Jessica, pemilik Kafe Olivie, serta jurnalis yang mendalami kasus kopi maut sianida tersebut.
Tapi oleh pihak Kemenkumham ketika tim ingin mewawancarai Jessica ternyata tidak diperbolehkan.Dilansir dari Tribun Jatim,Senin (02/10),Lantas mengapa Jessica tidak diperbolehkan untuk bicara kepada kru film?
Kemenkumham Ungkap Alasannya :
Kabag Humas dan Protokol Ditjen Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham), Rika Aprianti mengatakan, wawancara kepada narapidana hanya dizinkan selama berkaitan dengan pembinaan, seperti diatur dalam peraturan liputan di Lembaga Pemasyarakatan.
Rika Aprianti menyinggung soal izin peliputan kru film dokumenter yang ingin melakukan wawancara dengan Jessica Wongso.
Menurutnya, Direktorat Jenderal Pemasyarakatan tidak menerima surat izin peliputan tersebut.
Diketahui dalam salah satu adegan, Jessica Wongso sempat melakukan wawancara secara online.
Namun di menit ke-32, sesi wawancara tersebut sempat distop.
Penjaga lapas mengatakan bahwa Jessica Wongso telah berbicara terlalu jauh soal kasusnya.
Pihak berwenang juga disebut memblokir semua wawancara yang ditujukan dengan Jessica Wongso untuk kepentingan film dokumenter Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso.
Untuk diketahui, saat ini Jessica Wongso tengah menjalani separuh dari masa hukumannya di Lapas Kelas IIA Pondok Bambu, Jakarta.
PAS
